Mister Aladin Beberkan Kiat Jitu Menaklukkan dan Mengoptimalkan Tren Pariwisata Tahun 2023 dengan Webinar Bersama Kemenparekraf
loading...
A
A
A
JAKARTA - Industri pariwisata Indonesia terus menunjukkan pemulihan yang cukup signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 701,93 ribu kunjungan pada Februari 2023.
Jumlah kunjungan itu turun 4,62% dibanding bulan sebelumnya (month-on-month/mom), tapi meningkat 567,27% dibanding periode sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Pencapaian angka tersebut harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh seluruh pelaku parekraf di Indonesia untuk mendongkrak serta memaksimalkan potensi pariwisata yang ada.
Melihat hal tersebut, Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf, Dwi Marhen Yono menyampaikan, diperlukan kecerdasan strategi untuk menakklukkan tantangan pariwisata di tahun 2023 ini.
“Salah satu strategi utama yang wajib dilakukan setiap pelaku parekraf adalah mengetahui kondisi pasar, seperti perubahan tren dalam berwisata. Dahulu sebelum pandemi Covid-19, masyarakat memiliki kecenderungan wisata yang orientasi kunjungannya dikunjungi wisatawan dalam jumlah banyak (rombongan) dan bersifat ramai. Tren tersebut dikenal dengan mass tourism,” kata Dwi Marhen Yoho dalam webinar bertajuk Kiat Menaklukkan Tantangan dan Mengoptimalkan Tren Pariwisata Pasca Pandemi yang diadakan oleh Mister Aladin , Jumat (14/4/2023).
Namun, pasca pandemi Covid-19, tren pariwisata pun berubah dan mengarah pada rural tourism seperti ecotourism, adventure, glamping, menginap di homestay, dan pengalaman menikmati beragam produk ekonomi kreatif wisata setempat.
Dwi Marhen menambahkan, untuk mengoptimalkan tren pariwisata pasca pandemi ini, pelaku parekraf seperti Local Tour Operator (LTO) hingga Desa Wisata diimbau menggunakan taktik digital untuk menembus pasar yang sekarang gelora berwisatanya sedang berapi-api.
“Pemasaran secara digital tentu akan memberikan kesempatan yang luas untuk memasarkan produk dan jasa bagi para pelaku parekraf di Indonesia. Sehingga, dengan adanya dukungan dari teknologi yang mumpuni, produk wisata dapat dengan mudah diakses oleh konsumen di masyarakat,” pungkas Marhen.
Sejalan dengan itu, di webinar yang sama, Wisnu Arimbawa selaku Praktisi Pemasaran Pariwisata menjelaskan kekuatan-kekuatan pemasaran pariwisata secara digital yang dinamakan 5A (Aware, Appeal, Ask, Act, dan Advocate).
“Kalau saya lihat ke depan, kekuatan super dari pemasaran pariwisata digital adalah 5A. Pertama aware, yang berarti kita harus pastikan masyarakat mengetahui produk wisata yang akan kita jual. Poin yang kedua adalah appeal, kita tentukan dulu unique selling point dari produk yang akan dijual. Selanjutnya adalah ask. Buatlah orang kepo dan bertanya-tanya tentang wisata apa yang sedang kita jual,” jelas Wisnu.
Jumlah kunjungan itu turun 4,62% dibanding bulan sebelumnya (month-on-month/mom), tapi meningkat 567,27% dibanding periode sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Pencapaian angka tersebut harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh seluruh pelaku parekraf di Indonesia untuk mendongkrak serta memaksimalkan potensi pariwisata yang ada.
Melihat hal tersebut, Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf, Dwi Marhen Yono menyampaikan, diperlukan kecerdasan strategi untuk menakklukkan tantangan pariwisata di tahun 2023 ini.
“Salah satu strategi utama yang wajib dilakukan setiap pelaku parekraf adalah mengetahui kondisi pasar, seperti perubahan tren dalam berwisata. Dahulu sebelum pandemi Covid-19, masyarakat memiliki kecenderungan wisata yang orientasi kunjungannya dikunjungi wisatawan dalam jumlah banyak (rombongan) dan bersifat ramai. Tren tersebut dikenal dengan mass tourism,” kata Dwi Marhen Yoho dalam webinar bertajuk Kiat Menaklukkan Tantangan dan Mengoptimalkan Tren Pariwisata Pasca Pandemi yang diadakan oleh Mister Aladin , Jumat (14/4/2023).
Namun, pasca pandemi Covid-19, tren pariwisata pun berubah dan mengarah pada rural tourism seperti ecotourism, adventure, glamping, menginap di homestay, dan pengalaman menikmati beragam produk ekonomi kreatif wisata setempat.
Baca Juga
Dwi Marhen menambahkan, untuk mengoptimalkan tren pariwisata pasca pandemi ini, pelaku parekraf seperti Local Tour Operator (LTO) hingga Desa Wisata diimbau menggunakan taktik digital untuk menembus pasar yang sekarang gelora berwisatanya sedang berapi-api.
“Pemasaran secara digital tentu akan memberikan kesempatan yang luas untuk memasarkan produk dan jasa bagi para pelaku parekraf di Indonesia. Sehingga, dengan adanya dukungan dari teknologi yang mumpuni, produk wisata dapat dengan mudah diakses oleh konsumen di masyarakat,” pungkas Marhen.
Sejalan dengan itu, di webinar yang sama, Wisnu Arimbawa selaku Praktisi Pemasaran Pariwisata menjelaskan kekuatan-kekuatan pemasaran pariwisata secara digital yang dinamakan 5A (Aware, Appeal, Ask, Act, dan Advocate).
“Kalau saya lihat ke depan, kekuatan super dari pemasaran pariwisata digital adalah 5A. Pertama aware, yang berarti kita harus pastikan masyarakat mengetahui produk wisata yang akan kita jual. Poin yang kedua adalah appeal, kita tentukan dulu unique selling point dari produk yang akan dijual. Selanjutnya adalah ask. Buatlah orang kepo dan bertanya-tanya tentang wisata apa yang sedang kita jual,” jelas Wisnu.